Peran musisi dalam membangun

Kata siapa musisi hanya berekspresi saja, dengan diri yang selamanya egosentris? Hidup dalam dunianya sendiri, dengan sisi sosio-kultural yang buruk? Kata siapa musisi tidak berperan membangun? Banyak kisah yang menginspirasi datang dari musisi di berbagai belahan dunia. Mereka menggunakan kekuatannya, baik lagu, fans mereka, jaringan pertemanan mereka, pengaruh mereka untuk menumbuhkan sesuatu, mengajak berubah, berpikir kritis, dan melakukan sesuatu untuk lebih baik lagi. Tidak sebatas hura-hura belaka. That's the power of musician.

Jika memandang dari sisi personal branding, maka apapun yang dilakukan seseorang itu mencerminkan sisi lain kehidupannya juga, bahkan saling menguatkan. Branding manusia terbentuk tidak hanya dari satu sisi peran saja. Di Tegal, ada seorang drummer -yang tak mau disebut namanya- dia juga mempuyai pondok yayasan anak yatim yang membina sekitar 32 anak. Maka drummer tersebut adalah seorang drummer yang berjiwa sosial. Atau sebaliknya, dia adalah pegiat anak yatim yang mempunyai jika seni. Brand ini akan saling menguatkan, dan sadar atau tidak, disengaja atau tidak, gerak-gerik personalnya akan menyampaikan pesan dari brand itu, meski dalam karyanya dia tidak pernah secara langsung menyuarakan ajakan untuk mengasihi anak yatim. Dan meskipun saat berkecimpung dalam kegiatan anak yatim, dia juga tidak pernah mengajak anak yatim untuk bermusik.

Sama halnya, ketika Erix, vokalis Endank Soekamti, membangun sekolah gratis dengan Does university-nya. Meski dia tidak menyuarakan hal tersebut dalam lagunya pun, dia tetap memiliki kekuatan branding sebagai sebagai musisi yang peduli terhadap pendidikan. Apalagi jika seorang musisi secara langsung menyuarakan misinya dalam karya. Seperti Robi Gede, pentolan band Navicula, yang terang-terangan menyuarakan cintanya terhadap lingkungan dalam lagu-lagunya. Seperti Rage Against The Machine dan band U2 yang meneriakan visi sosial dan kemanusiaannya. Tentunya hal itu akan menjadi sebuah brand yang lebih kuat lagi. Dan seperti yang kita tahu, bahwa brand secara alamiah akan terbantuk dengan sendirinya -baik disengaja atau tidak- karena manusia mempunyai persepsi, punya hati. 

Senang sekali tentunya mendengar kabar baik, Yuni Shara sudah 6 tahun mendirikan sekolah PAUD untuk anak-anak yang kurang mampu. Inspiring tidak hanya sesama musisi, namun juga kepada ribuan fansnya!  Banyak juga ibu-ibu yang mengapresiasi saat Syahrini bisa memberikan santunan kepada 6.500 anak yatim tahun lalu. Ini belum lagi gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan musisi kita yang senyap dari pemberitaan media. Baik musisi Nasional maupun musisi lokal.

Musisi memang nyata bisa berbuat, bisa berperan. Meski tidak semua musisi dapat terkoordinir dalam sebuah wadah organisasi, seolah tumbuh sendiri-sendiri.  Musisi dengan keunikan karakternya, dengan pilihan genre-nya, dengan pilihan cara berjuangnya dan pilihan idealismenya baik idealisme musik maupun prinsip hidup, menggambarkan perbedaan layaknya Bhinneka Tunggal Ika. Namun sebagai contoh, saat melihat dimana-mana musisi Tegal bergerak menggalang donasi saat terjadi bencana di Indonesia -terakhir, tsunami Palu dan Donggala- hal ini menyajikan gambaran lain tentang musisi. Ternyata ada kalanya, musisi dapat bersatu berperan dengan mengabaikan semua perbedaan yang ada.

Kekayaan perbedaan musisi layaknya kemajemukan SARA di Indonesia. Jika sudah menyangkut sosial kemasyarakatan, musisi bisa bersatu bergerak. Seperti di Tegal sendiri, pernah terbentuk Komunitas Musisi Tegal dan Jakwir Indie, namun organisasi itu tak bertahan lama. Bagaimanapun, demikianlah memang karakter musisi, dan tak perlu dipaksakan untuk selalu sama, tak wajib pula dikoordinir dalam sebuah organisasi. Yang terpenting, musisi dapat berperan membangun sesuatu, menumbuhkan sesuatu, memberi, bahkan menginspirasi dari apa yang dia lakukan, baik langsung dalam musikalitasnya, maupun melalui sisi lain kehidupannya.



 


Bahasan peran musisi di masyarakat ini, sempat dilontarkan dalam pertemuan kecil semalam (3/6) di Wiji Kopi, Tegal. Tiga band dedengkot Pantura Tegal: R.T.A.G, Ivory dan SeeMs LiKe IdiOt band berkumpul dan membahas rencana konser mereka yang bertajuk YLYV "Yang Lokal Yang Vokal". Acara yang akan digelar Sabtu sore, 15 Juni 2019 di Texin festival itu seperti gagasan yang sangat dirindukan setelah sekian lama tak bersilaturahmi dalam satu panggung. Harapan itu tetap ada, kebersamaan, perjuangan, membangun, bermanfaat untuk masyarakat banyak. Tantangan di depan masih banyak, persoalan sampah di Kabupaten Tegal yang sudah dibilang darurat, angka pengangguran, angka putus sekolah dan berbagai masalah lainnya. Semoga musisi bisa ikut berperan.









 


Download Lagu terbaru SLI "Tante Linda"